Gordon, Robot yang berotak biologis
GURU Besar Bidang Cybernetics dari
Universitas Reading, Inggris, Kevin Warwick, tak dapat menyembunyikan
rasa bangganya. Robot berotak biologis dari syaraf (neuron) tikus
sejauh ini memberi harapan. Gordon, demikian nama robot itu, merupakan
robot berotak biologis pertama di dunia.
Gordon dijejali puluhan elektroda untuk
menangkap sinyal elektrik yang dibangkitkan oleh sel-sel otak itu. Otak
biologis itu terdiri atas banyak neuron pada sebuah Multi Electrode
Array (MEA), yang akan mengomunikasikan dan mengontrol robot melalui
koneksi bluetooth. Proyek tersebut yang pertama mengetahui bagaimana
otak menyimpan sebuah data spesifik.
Setiap kali Gordon mendekati obyek,
sinyal-sinyal yang terkirim membuatnya menghindari tabrakan. Otak
biologis memerintahkan roda berbelok ke kanan atau ke kiri. Begitu
seterusnya.
Bagi Kevin, pengajar pada School of
Systems Engineering, proyek bernilai hampir setengah juta poundsterling
yang didanai UK Engineering and Physical Sciences Research Council
(EPSRC) itu, memberinya dua kejutan. Pertama, bagaimana otak biologis
mampu menggerakkan tubuh robot. Kedua, proyek itu membantu mereka
meneliti lebih jauh bagaimana otak belajar dan menyimpan banyak
pengalaman.
“Manusia akan tahu bagaimana otak
bekerja dan itu akan berdampak pada banyak hal di dunia ilmu
pengetahuan dan obat-obatan,” ujarnya. Proyek dimulai 1 Januari 2007 dan
berakhir 31 Desember 2009 lalu.
Aplikasi pengobatan
Bagi tim, kemampuan Gordon bergerak
semata-mata karena kemampuan otak biologisnya, bukanlah tujuan akhir
penelitian. Lebih jauh, mereka mempelajari kerja otak biologis yang
lumayan rumit, di antaranya melalui respons Gordon terhadap berbagai
sinyal.
Dari sana, misalnya, para peneliti akan
menyaksikan langsung bagaimana ingatan bermanifestasi di dalam otak,
ketika Gordon mengunjungi teritori yang dikenalnya.
Pemahaman mengenai hal itu diyakini akan
sangat membantu dunia memahami lebih jauh tentang berbagai penyakit
yang terkait dengan gangguan otak, seperti alzheimer, parkinson, dan
stroke.
Perilaku kompleks
Ahli farmasi yang juga anggota tim, Ben
Whalley, mengatakan, ada satu pertanyaan fundamental yang dihadapi para
ilmuwan hingga sekarang. Yakni, bagaimana menjelaskan kaitan aktivitas
neuron individual dengan perilaku kompleks, seperti terlihat pada
banyak organisme.
Bagi Ben, proyek itu memberi mereka
peluang unik untuk memahami sesuatu, yang menunjukkan perilaku-perilaku
kompleks, tetapi masih berdekatan dengan aktivitas neuron individu.
“Ini memberi harapan bahwa kami menuju jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang sangat fundamental tadi”.
Di dunia robotika, pencapaian tim pembuat
“Gordon” merupakan kemajuan dari upaya sejenis seperti yang dilakukan
pada pertengahan tahun 2005.
Saat itu terinspirasi sistem- sistem
biologis, para peneliti mengembangkan miniatur robot yang mampu merakit
dirinya sendiri dengan memakai bagian-bagian atau bahan-bahan dari
lingkungan di sekitarnya.
Telah lama para peneliti dihadapkan pada
pertanyaan bagaimana sel-sel hidup dapat mereplikasi DNA menggunakan
materi yang mengambang tak beraturan di dalam inti sel. Hingga kini,
upaya semacam itu terus dilakukan.
Seperti halnya Gordon, miniatur robot
yang dikembangkan tiga tahun lalu itu juga diarahkan dapat menyadari
kekeliruan dan berupaya memperbaiki kesalahannya. Pengembangan robot
menggunakan sel-sel hidup tersebut melibatkan tim peneliti dari
Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Meningkat pesat
Pengembangan robot tak hanya menantang
bagi para peneliti dengan berbagai maksud pengembangannya. Bagi orang
awam, robot adalah produk teknologi yang banyak dicari dan
dimanfaatkan.
Tahun 2004 lalu, survei tahunan robotika
dunia yang digelar PBB menyebutkan, penggunaan robot untuk keperluan
rumah tangga dan perkantoran mencapai tujuh kali lipat pada tahun 2007.
Jenis-jenis robot itu, di antaranya,
pemotong rumput, pengisap debu, dan pembersih jendela. Akhir tahun
2003, tercatat 607.000 alat bantu otomatis digunakan di tingkat rumah
tangga. Jumlah itu baru 2/3 dari total alat bantu pada tahun itu.
Akhir tahun 2007, jumlah tersebut
meningkat menjadi 4,1 juta. Pengisap debu menduduki peringkat pertama
alat yang dipakai, diikuti lonjakan pesat permintaan robot pembersih
jendela dan pembersih kolam.
Di bidang robot mainan, robot anjing
AIBO buatan Sony juga sangat diminati konsumen. Sebuah studi mencatat,
setidaknya ada 692.000 robot penghibur (entertainment robots) di
seluruh dunia.
Gantikan peran manusia
Secara perlahan tetapi pasti, robot mulai
menggantikan peran manusia. Dari yang sebelumnya berfungsi di bawah
kendali langsung penggunanya, robot beranjak berubah: bekerja mandiri
pascapemrograman dengan komputer.
Di perusahaan-perusahaan besar, robot
menggantikan tugas manusia, seperti di bidang perakitan produk. Kini,
diperkirakan ada 21.000 jenis robot telah digunakan industri (service
robot) untuk berbagai tugas, seperti memerah susu sapi, menangani
limbah berbahaya dan beracun, hingga membantu mengoperasikan bioskop.
Menurut sebuah studi, akhir dekade ini,
robot tak hanya membersihkan lantai, memotong rumput, dan menjaga
rumah, tetapi juga membantu golongan lanjut usia dan kaum cacat. Robot
juga membedah, menjinakkan bom, memadamkan api, dan memeriksa lokasi
yang membahayakan manusia.
Kemajuan teknologi memungkinkan
robot-robot melakukan banyak hal yang tak terbayangkan sebelumnya.
Robot Gordon berotak biologis menunjukkan hal tak ternilai,
menjembatani jurang pemisah antara biologi dan teknologi.
Post a Comment