Tiga Kebohongan Fesbuk
Hak-hak privasi pengguna Facebook masih terus diperjuangkan oleh para pengguna jejaring sosial terbesar itu.
Sementara Facebook masih terus berkilah dan tak mempedulikan keinginan para pengguna layanannya.
Berikut ini tiga kebohongan yang
diungkapkan oleh Vice President for Public Policy Facebook, Elliot
Schrage, saat menanggapi pertanyaan-pertanyaan hak-hak privasi konsumen.
1. Saat ditanya kenapa Facebook tidak membuat semua setelan privasi di Facebook sebagai ‘Opt-in’ alias seluruhnya ‘private’ kecuali pengguna menginginkan dan mengubahnya menjadi ‘public’, Elliot memberikan jawaban dan argumen yang ‘memukau’.
1. Saat ditanya kenapa Facebook tidak membuat semua setelan privasi di Facebook sebagai ‘Opt-in’ alias seluruhnya ‘private’ kecuali pengguna menginginkan dan mengubahnya menjadi ‘public’, Elliot memberikan jawaban dan argumen yang ‘memukau’.
“Semuanya opt-in di facebook. Bergabung
ke Facebook adalah pilihan. Kita ingin agar orang-orang terus
menggunakan Facebook setiap hari. Menambah informasi, mengunggah foto,
memposting status baru, menyukai sebuah laman. Semuanya Opt-in. Silakan
jangan berbagi informasi, bila Anda tidak nyaman.”
Padahal, saat bergabung ke Facebook,
sebagian besar data-data pengguna baru seperti biografi, interest,
postingan, friend, family, relationship, lokasi, edukasi dan banyak
lagi, akan langsung terpublikasi oleh publik, karena default setting-nya
adalah ’share with everyone’. Ini merupakan model ‘Opt out’, bukan ‘Opt
in’.
2. Saat ditanya bagaimana bila pengguna menghapus akun Facebook mereka,
Elliot mengatakan bahwa pengguna bisa melakukan penghapusan secara
permanen. “Bila Anda sudah tidak mau menggunakan Facebook lagi, Anda
bisa menghapus akun Anda. Penghapusan ini adalah permanen, dan akun Anda
tidak akan bisa diaktifkan kembali. Saat kami memproses permintaan
penghapusan akun, kami langsung menghapus seluruh informasi yang terkait
dengan akun tersebut. Message dan postingan di dinding akan tetap, tapi
teratribusi dengan pengguna Facebook anonymous. Konten yang dulu Anda
buat, tidak bisa diakses di Facebook, dan tidak di link ke informasi
pribadi Anda di manapun.”
Faktanya, apa yang dikatakan Elliot tidak
benar. Saat hendak menghapus akun Facebook, pengguna tidak akan
mendapatkan tawaran opsi untuk menghapusnya secara permanen. Yang bisa
Anda lakukan cuma ‘deactivate’. Tombol ‘delete account’ tak akan bisa
dijumpai dengan mudah. Pengguna musti pergi dulu ke Help Center dan
melakukan pencarian ‘delete account’ sehingga akan membawa Anda ke laman
FAQ.
Di pertanyaan nomor 5 yang berbunyi “I
want to permanently delete my account. How do I delete my account?”
Setelah itu, di bagian jawaban baru ada link yang mengarahkan pengguna
ke opsi penghapusan permanen.
Konfirmasi penghapusan akun Facebook
Repotnya lagi, setelah itu pengguna
dipersulit lagi dengan jendela yang meminta password lengkap dengan
puzzle CAPTCHA. Sudah begitu, akun kita juga tidak langsung terhapus,
karena hanya di deaktivasi selama dua pekan. Di sela-sela itu pun,
Facebook masih mengirimi kita email berisi link simpel untuk kembali
log-on, yang akan langsung mengembalikan akun kita dalam sekejap.
3. Kepada New York Times, Elliot mengatakan bahwa keamanan pengguna Facebook terjaga.
“Untuk sebuah layanan yang bertumbuh secara dramatis, kami menangani
lebih dari 400 juta orang untuk berbagi miliaran kepingan konten kepada
teman-teman mereka serta institusi yang mereka perhatikan. Kami pikir,
rekam jejak kami untuk masalah sekuriti dan keamana, tidak tertandingi,”
kata Elliot.
Kenyataannya Facebook mengalami beberapa
masalah dalam mengamankan data pribadi pengguna baru-baru ini. Pekan
lalu, Facebook memperkenalkan fitur ‘Instant Personalization’ yakni
fitur yang memungkinkan pihak ketiga untuk mengakses informasi-informasi
Facebook pengguna dan menampilkannya melalui situs pihak ketiga itu.
Untuk fitur ini, Facebook telah meluncurkan tiga mitra mereka, yakni
Yelp, Pandora, dan Microsoft Docs.com.
Namun, fitur baru itu menimbulkan celah
yang bisa dimanfaatkan oleh peretas untuk mendapatkan data-data penting
pengguna seperti email, username, serta semua data-data yang di di-share
kepada “everyone”.
Celah itu sempat ditutup oleh Yelp, namun
pada hari yang sama ditemukan lagi celah lainnya. Akibatnya, Yelp
sempat mematikan sementara fitur Instant Personalization Facebook, untuk
menemukan celah-celah baru lainnya.
Selain itu, dua pekan lalu, para pengguna
Facebook juga sempat dikejutkan dengan peristiwa bocornya pembicaraan
chat mereka dan kebocoran data-data lain seperti daftar tunggu dan
permintaan pertemanan, serta informasi-informasi yang berpotensi
berbahaya lain. Akibat bug ini, Facebook sempat menon-aktifkan fitur
chat-nya.
Menurut New York Times, perubahan
kebijakan privasi Facebook memiliki motif ekonomi. Salah satunya adalah
Facebook mencari uang dengan melakukan kustomisasi target iklan
berdasarkan data-data yang muncul pada laman Facebook seseorang.
Post a Comment