Marissa Mayer: Kasir yang Kini Jadi Bos Cantik Yahoo
Fino Yurio Kristo - detikinet
Jakarta - Marissa Mayer adalah salah satu wanita paling
populer di jagat teknologi. Saat ini, dia menjabat sebagai CEO Yahoo
setelah sebelumnya malang melintang sebagai eksekutif top di Google.
Ditunjang dengan parasnya yang menawan, Marissa menjadi cepat terkenal dan disegani. Terlebih lagi, dia memang punya kemampuan dan kepandaian sehingga melesatkan posisinya.
Berikut perjalanan hidup wanita yang sedang hamil ini yang mungkin bisa dijadikan inspirasi, seperti dikutip detikINET dari berbagai sumber.
Marissa
Mayer lahir tanggal 30 Mei 1975 di Wausau, Wisconsin, Amerika Serikat.
Dia adalah anak pertama dan perempuan satu-satunya dari pasangan Michael
dan Margaret Mayer. Mayer punya seorang adik laki-laki yang berusia 4
tahun lebih muda darinya.
Sang ayah bekerja sebagai insinyur dan ibunya seorang guru seni. Sang ibu senang mendandani interior rumah, dengan latar belakang putih bersih. Hal ini turut mempengaruhi diri Marissa yang menjadi senang dengan desain minimalis.
Orang tua Marissa mendidik anaknya dengan disiplin. Sejak kecil, Marissa sudah mengikuti berbagai macam les termasuk ski es, ballet, piano, berenang dan memasak.
Marissa menyatakan bahwa sewaktu muda, ia bercita-cita menjadi dokter. Dia pernah menulis program sederhana tentang medis di komputer sekolah.
"Aku membuat keputusan bahwa aku akan menjadi seorang dokter saraf yang di samping praktek juga mengajar," katanya. Ia mencanangkan cita-cita tersebut saat berusia 12 tahun.
Semasa
menempuh sekolah menengah, Mayer adalah siswa yang menonjol. Dia
menjadi presiden di organisasi Spanish Club dan terlibat aktif di
berbagai organisasi sekolah yang lain.
Tim debat yang diikutinya pernah memenangkan lomba di negara bagian. Selain aktif di organisasi sekolah, Mayer juga masih hobi main piano dan menari balet.
Sifatnya yang suka bekerja keras sudah tampak ketika Marissa memutuskan bekerja paruh waktu sebagai kasir supermarket. Dia cepat belajar dan ingin bekerja dengan baik, terutama dalam menggingat kode barang yang dibeli pembeli.
"Semakin banyak yang bisa Anda ingat, semakin baik Anda," ucapnya. Memang selain bekerja keras, Marissa juga suka bersaing sehingga dia mengaku ingin bekerja lebih baik dari kasir lainnya di toko tersebut.
Kepandaian
Marissa tampak menonjol sehingga ia diterima di seluruh universitas
tempat di mana ia mendaftarkan diri. Ia bahkan menolak masuk ke Yale
University dan memutuskan masuk ke Stanford University. Ia mengambil
program studi rumit bernama Symbolic System.
Di universitas, Marissa mulai menyadari minatnya di bidang teknologi. "Minggu pertama di universitas aku membeli sebuah komputer dan itu adalah komputer pertamaku. Aku masih diajari bagaimana menghidupkan dan mematikannya," ujarnya.
"Aku memang amat ingin jadi dokter, sampai tahun awal kuliah ketika aku sadar meski aku bagus juga di kimia dan biologi, aku tak merasa tertantang. Lalu aku kursus ilmu komputer dan aku sadar bahwa tiap hari ada masalah baru dan Anda harus memecahkannya, bagaimana untuk mengembangkan algoritma untuk menyelesaikan sesuatu yang belum pernah dikerjakan. Kurasa itu sangat menarik secara intelektual," katanya.
Marissa akhirnya berhasil lulus dengan gelar Bachelor of Science di program studi symbolic Systems. Kemudian lulus lagi dengan menggondol gelar Master of Science di bidang ilmu komputer di Stanford.
Begitu lulus, dia langsung mendapat 14 tawaran pekerjaan. Akhirnya dengan berbagai macam pertimbangan, dia memutuskan bergabung ke Google.
Tawaran
kerja keempat belas yang diterima Mayer berasal dari Sergey Brin dan
Larry Page yang kala itu sedang sibuk mengembangkan Google. Mayer pun
bergabung pada tahun 1999 ketika Google baru punya 19 pegawai. Dia
adalah pegawai ke 20 dan satu-satunya teknisi wanita di sana.
"Kami punya 7 teknisi dan semuanya laki-laki. Namun kami berpikir banyak tentang bagaimana kami akan memulai perusahaan ini dan kami tahu bahwa organisasi akan bekerja lebih baik jika ada keseimbangan gender," kata Marissa menirukan pernyataan Larry Page ketika mewawancara dirinya.
Dia bekerja mengembangkan berbagai produk Google, termasuk bagaimana desainnya. Dia berperan besar dalam perluncuran Gmail, Google Maps sampai Google News. Dia juga diberi kredit atas tinggi atas kesuksesan produk Google seperti Google Earth dan Google Doodle.
Pada tahun 2005, Mayer diangkat sebagai Vice President Google yang bertanggungjawab mengendalikan produk pepetaan raksasa internet tersebut. Meski sudah sukses besar, Marissa belum puas.
"Aku membantu membangun Google, namun aku tidak ingin beristirahat. Kukira apa yang menarik adalah sesuatu yang akan terjadi nanti," sebutnya.
Marrisa
Mayer akhirnya bergabung ke Yahoo pada Juli 2012 dengan jabatan CEO.
Dia bertanggungjawab memimpin Yahoo dan memulihkan performa bisnisnya
yang belakangan menurun.
"Saya telah mengalami waktu yang menakjubkan selama di Google. Namun ini (menerima pinangan Yahoo-red.) merupakan keputusan yang cukup mudah dan masuk akal. Yahoo merupakan salah satu brand terbaik di internet," katanya.
Pihak Google terkejut dengan kepindahan mendadak Marissa. Namun mereka berterima kasih terhadap jasa-jasa Marissa selama mengabdi di Google dan berdoa agar ia sukses menahkodai Yahoo.
"Sejak tiba di Google lebih dari 13 tahun lampau sebagai pegawai ke 20, Marissa adalah seorang juara tanpa kenal lelah bagi user kami. Dia berkontribusi pada pengembangan layanan pencarian, Geo, Local dan produk lain. Kami di Google akan merindukan bakatnya," kata CEO Google Larry Page.
Marissa
pernah pacaran tiga tahun dengan pendiri Google, Larry Page. Namun
hatinya akhirnya berlabuh pada pria pengusaha bernama Zach Bogue. Mereka
pun menikah pada Desember 2009.
Saat ini, Marissa sedang hamil anak pertamanya yang diperkirakan lahir pada Oktober mendatang. Meski sedang hamil, dia bertekad tetap bekerja keras di Yahoo.
Marissa pun memberi saran bagi para wanita yang ingin bekerja di dunia teknologi. Pada intinya, mereka tidak perlu ragu terjun ke dunia yang didominasi kaum pria ini.
"Aku menyukai teknologi dan aku tidak berpikir teknologi harus memisah-misahkan gender. Kupikir ada banyak kontribusi yang bisa diberikan oleh gender apapun," sebutnya.
"Satu hal yang sangat kuperhatikan adalah untuk menghapus stigma, untuk menunjukkan pada para wanita bahwa kalian bisa feminin, bisa menjadi apapun yang kalian inginkan, namun juga bisa menjadi sangat bagus di dunia teknologi," tukasnya.
Ditunjang dengan parasnya yang menawan, Marissa menjadi cepat terkenal dan disegani. Terlebih lagi, dia memang punya kemampuan dan kepandaian sehingga melesatkan posisinya.
Berikut perjalanan hidup wanita yang sedang hamil ini yang mungkin bisa dijadikan inspirasi, seperti dikutip detikINET dari berbagai sumber.
1. Ingin menjadi dokter
Sang ayah bekerja sebagai insinyur dan ibunya seorang guru seni. Sang ibu senang mendandani interior rumah, dengan latar belakang putih bersih. Hal ini turut mempengaruhi diri Marissa yang menjadi senang dengan desain minimalis.
Orang tua Marissa mendidik anaknya dengan disiplin. Sejak kecil, Marissa sudah mengikuti berbagai macam les termasuk ski es, ballet, piano, berenang dan memasak.
Marissa menyatakan bahwa sewaktu muda, ia bercita-cita menjadi dokter. Dia pernah menulis program sederhana tentang medis di komputer sekolah.
"Aku membuat keputusan bahwa aku akan menjadi seorang dokter saraf yang di samping praktek juga mengajar," katanya. Ia mencanangkan cita-cita tersebut saat berusia 12 tahun.
2. Jadi kasir supermarket
Tim debat yang diikutinya pernah memenangkan lomba di negara bagian. Selain aktif di organisasi sekolah, Mayer juga masih hobi main piano dan menari balet.
Sifatnya yang suka bekerja keras sudah tampak ketika Marissa memutuskan bekerja paruh waktu sebagai kasir supermarket. Dia cepat belajar dan ingin bekerja dengan baik, terutama dalam menggingat kode barang yang dibeli pembeli.
"Semakin banyak yang bisa Anda ingat, semakin baik Anda," ucapnya. Memang selain bekerja keras, Marissa juga suka bersaing sehingga dia mengaku ingin bekerja lebih baik dari kasir lainnya di toko tersebut.
3. Gemar teknologi
Di universitas, Marissa mulai menyadari minatnya di bidang teknologi. "Minggu pertama di universitas aku membeli sebuah komputer dan itu adalah komputer pertamaku. Aku masih diajari bagaimana menghidupkan dan mematikannya," ujarnya.
"Aku memang amat ingin jadi dokter, sampai tahun awal kuliah ketika aku sadar meski aku bagus juga di kimia dan biologi, aku tak merasa tertantang. Lalu aku kursus ilmu komputer dan aku sadar bahwa tiap hari ada masalah baru dan Anda harus memecahkannya, bagaimana untuk mengembangkan algoritma untuk menyelesaikan sesuatu yang belum pernah dikerjakan. Kurasa itu sangat menarik secara intelektual," katanya.
Marissa akhirnya berhasil lulus dengan gelar Bachelor of Science di program studi symbolic Systems. Kemudian lulus lagi dengan menggondol gelar Master of Science di bidang ilmu komputer di Stanford.
Begitu lulus, dia langsung mendapat 14 tawaran pekerjaan. Akhirnya dengan berbagai macam pertimbangan, dia memutuskan bergabung ke Google.
4. Gabung Google
"Kami punya 7 teknisi dan semuanya laki-laki. Namun kami berpikir banyak tentang bagaimana kami akan memulai perusahaan ini dan kami tahu bahwa organisasi akan bekerja lebih baik jika ada keseimbangan gender," kata Marissa menirukan pernyataan Larry Page ketika mewawancara dirinya.
Dia bekerja mengembangkan berbagai produk Google, termasuk bagaimana desainnya. Dia berperan besar dalam perluncuran Gmail, Google Maps sampai Google News. Dia juga diberi kredit atas tinggi atas kesuksesan produk Google seperti Google Earth dan Google Doodle.
Pada tahun 2005, Mayer diangkat sebagai Vice President Google yang bertanggungjawab mengendalikan produk pepetaan raksasa internet tersebut. Meski sudah sukses besar, Marissa belum puas.
"Aku membantu membangun Google, namun aku tidak ingin beristirahat. Kukira apa yang menarik adalah sesuatu yang akan terjadi nanti," sebutnya.
5. Jadi bos Yahoo
"Saya telah mengalami waktu yang menakjubkan selama di Google. Namun ini (menerima pinangan Yahoo-red.) merupakan keputusan yang cukup mudah dan masuk akal. Yahoo merupakan salah satu brand terbaik di internet," katanya.
Pihak Google terkejut dengan kepindahan mendadak Marissa. Namun mereka berterima kasih terhadap jasa-jasa Marissa selama mengabdi di Google dan berdoa agar ia sukses menahkodai Yahoo.
"Sejak tiba di Google lebih dari 13 tahun lampau sebagai pegawai ke 20, Marissa adalah seorang juara tanpa kenal lelah bagi user kami. Dia berkontribusi pada pengembangan layanan pencarian, Geo, Local dan produk lain. Kami di Google akan merindukan bakatnya," kata CEO Google Larry Page.
6. Sedang hamil
Saat ini, Marissa sedang hamil anak pertamanya yang diperkirakan lahir pada Oktober mendatang. Meski sedang hamil, dia bertekad tetap bekerja keras di Yahoo.
Marissa pun memberi saran bagi para wanita yang ingin bekerja di dunia teknologi. Pada intinya, mereka tidak perlu ragu terjun ke dunia yang didominasi kaum pria ini.
"Aku menyukai teknologi dan aku tidak berpikir teknologi harus memisah-misahkan gender. Kupikir ada banyak kontribusi yang bisa diberikan oleh gender apapun," sebutnya.
"Satu hal yang sangat kuperhatikan adalah untuk menghapus stigma, untuk menunjukkan pada para wanita bahwa kalian bisa feminin, bisa menjadi apapun yang kalian inginkan, namun juga bisa menjadi sangat bagus di dunia teknologi," tukasnya.
Post a Comment